Senin, 14 September 2015

Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan Medang Kamulan

A. Letak dan Sumber Sejarah

Kerajaan Medang Kamulan berdiri saat Mpu Sindok menantu Wawa memindahkan Kerajaan Mataram ke Jawa Timur dikarenakan letusan Gunung Merapi, gempa vulkanik, dan hujan material vulkanik yang membuat kacau banyak daerah di Jawa Tengah.

Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini kemudian sering disebut kerajaan Medang Kamulan. Mpu Sindok merupakan penguasa baru di Jawa Timur mendirikan wangsa Isyana. Sumber sejarah Kerajaan Medang Kamulan ini adalah

a. Prasasti Anjuk Ladang

Prasasti Anjuk Ladang adalah Prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Sri Isyana (Mpu Sindok) dari Kerajaan Medang Kamulan setelah Kerajaan Mataram Kuno pindah ke bagian Jawa Timur. Prasasti ini juga disebut Prasasti Candi Lor karena ditemukan pada reruntuhan Candi Lor, di Desa Candirejo, Loceret, Nganjuk, beberapa kilometer di tenggara kota Nganjuk.  

b. Prasasti Paradah
Prasasti Paradah berlokasi di di Kecamatan Kepung, Kediri, Jatim. Prasasti ini juga dibuat oleh Mpu Sindok, raja pertama Mataram Kuno di Jawa Timur

Menurut Psasasti Paradah (943) dan Prasasti Anjukladang (973) Ibukota Kerajaan Medang Kamulan ini beribukota di Watugaluh, sekarang menjadi sebuah desa di dekat Jombang, tepi aliran Sungai Brantas.


c. Prasasti Calcuta

Keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di Prasasti Calcuta (1042 M) yang dikeluarkan oleh Airlangga.  Adapun Isinya secara keseluruhan antara lain :
a. Menguraikan silsilah Airlangga.
b. Peristiwa penyerangan raja Wora-Wari.
c. Pelarian Airlangga ke hutan Wonogiri.
d. Pendirian pertapaan di Pucangan.
e. Airlangga berperang melawan raja Wengker.


B. Kondisi Kerajaan

a. Segi Pemerintahan

Mpu Sindok memerintah dari tahun 928 – 949 M. Setelah itu raja yang memerintah secara berturut-turut adalah Sri Isyanatunggawijaya, Sri Makutawangsawardhana lalu selang kemudian, muncul Raja Dharmawangsa yang memerintah tahun 991 – 1016 M. Raja Dharmawangsa bermaksud menyerang Sriwijaya, tapi belum berhasil. Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa Pralaya yaitu penyerangan raja Wora-Wari (sekutu Kerajaan Sriwijaya) pada saat pesta pernikahan Airlangga dan Putri Dharmawangsa di mana istana Raja Dharmawangsa hancur.

Pengganti Dharmawangsa adalah Airlangga yang berhasil membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur Airlangga terkenal sebagai raja yang bijaksana, digambarkan sebagai dewa Wisnu. Airlangga sendiri berhasil melarikan diri saat peristiwa Pralaya ke hutan wonogiri (Prasasti Calcuta) ditemani oleh Mpu Narotama.

Airlangga memulai membangun Kerajaan Medang Kamulan dari awal. Terjadi beberapa kesulitan karena beberapa daerah tidak mau tunduk lagi. Namun seiring melemahnya Kerajaan Sriwijaya, sejak taun 1025 Airlangga mulai memperluas kekuasannya. Setelah semua wilayah Kerajaan Medang Kamulan utuh kembali ada beberapa usaha yang dilakukan Airlangga, Antara lain:

1. Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh di muara Kali Brantas. Pelabuhan ini akhirnya menjadi sentra dagang yang termahsyur yang didatangi kapal-kapal pedagang dari China, India dan lain-lain.

2. Membangun Waduk Waringin Sapta untuk mencegah banjir musiman

3. Membangun jalan yang menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan.


b. Segi Sosial Budaya

Hasil sastra yang terkenal adalah Buku Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa. Ada juga Kitab Budha berjudul Sang Hyang Kamahayanikan yang beraliran Tantrayana.  Kitab ini ditulis oleh pujangga bernama Sri Sambhara Suryawarana.
 

c. Segi Ekonomi

Dengan pelabuhannya yang ramai, yaitu Hujung Galuh dan Tuban kegiatan perdagangan di Kerajaan Medang Kamulan menjadi faktor utama yang menopang Laju perekonomian. Banyak pedagang dari luar negeri yang datang untuk berdagang di sana.

d. Segi Agama

Mpu Sindok sangat menghargai Toleransi agama, terbukti dengan pemberian hadiah berupa desa Sri Sambhara Suryawarana karena menulis kitab Sri Sambhara Suryawarana, yang notabene adalah Kitab Budha aliran Tantrayana (percampuran antara ajaran Budha dan Hindu aliran Siwa). Mpu sindok sendiri menganut agama Hindu aliran Siwa. Pada masa pemerintahan Airlangga juga berkembang agama Hindu aliran Siwa dan Budha. Namun Airlangga yang beragama Hindu aliran Wisnu tetap menghargai toleransi
 
C. Keruntuhan
                                                               
Pada akhir pemerintahannya Airlangga membagi dua kerajaannya yaitu menjadi Jenggala dan Kediri. Pembagian dilakukan oleh Empu BharadaJenggala diberikan kepada Samarawijaya dengan ibukotanya adalah Daha. Adapun Kediri diberikan kepada Mapanji Garasakan dengan ibukotanya adalah Kahuripan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perselisihan untuk mementukan siapa yang berkuasa antara dua pangeran tersebut.  Dua kerajaan ini yang bertahan untuk tetap hidup adalah kerajaan Kediri. Airlangga akhirnya wafat pada tahun 1049 M.




2 komentar:

About Me

Popular Posts

Designed By Seo Blogger Templates