Kerajaan Medang Kamulan
A. Letak dan Sumber
Sejarah
Kerajaan Medang Kamulan berdiri saat Mpu Sindok menantu
Wawa memindahkan Kerajaan Mataram ke Jawa Timur dikarenakan letusan Gunung
Merapi, gempa vulkanik, dan hujan material vulkanik yang membuat kacau banyak
daerah di Jawa Tengah.
Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini kemudian sering
disebut kerajaan Medang Kamulan. Mpu
Sindok merupakan penguasa baru di Jawa Timur mendirikan wangsa Isyana. Sumber
sejarah Kerajaan Medang Kamulan ini adalah
a. Prasasti Anjuk Ladang
Prasasti Anjuk Ladang adalah Prasasti yang dikeluarkan oleh
Raja Sri Isyana (Mpu Sindok) dari Kerajaan Medang Kamulan setelah
Kerajaan Mataram Kuno pindah ke bagian Jawa Timur. Prasasti ini juga disebut Prasasti Candi Lor karena ditemukan pada reruntuhan Candi Lor, di Desa Candirejo,
Loceret, Nganjuk, beberapa kilometer di tenggara kota Nganjuk.
b. Prasasti Paradah
Prasasti Paradah
berlokasi di di Kecamatan Kepung, Kediri, Jatim. Prasasti ini juga dibuat oleh Mpu Sindok, raja pertama Mataram Kuno di Jawa Timur
Menurut Psasasti Paradah (943) dan Prasasti Anjukladang
(973) Ibukota Kerajaan Medang Kamulan ini beribukota di Watugaluh, sekarang
menjadi sebuah desa di dekat Jombang, tepi aliran Sungai Brantas.
c. Prasasti Calcuta
Keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di
Prasasti Calcuta (1042 M) yang dikeluarkan oleh Airlangga. Adapun Isinya secara keseluruhan antara lain :
a. Menguraikan silsilah Airlangga.
b. Peristiwa penyerangan raja Wora-Wari.
c. Pelarian Airlangga ke hutan Wonogiri.
d. Pendirian pertapaan di Pucangan.
e. Airlangga berperang melawan raja Wengker.
B. Kondisi Kerajaan
a. Segi Pemerintahan
Mpu Sindok memerintah dari tahun 928 – 949 M. Setelah itu
raja yang memerintah secara berturut-turut adalah Sri Isyanatunggawijaya, Sri
Makutawangsawardhana lalu selang kemudian, muncul Raja Dharmawangsa yang
memerintah tahun 991 – 1016 M. Raja Dharmawangsa bermaksud menyerang Sriwijaya,
tapi belum berhasil. Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa Pralaya yaitu
penyerangan raja Wora-Wari (sekutu Kerajaan Sriwijaya) pada saat pesta
pernikahan Airlangga dan Putri Dharmawangsa di mana istana Raja Dharmawangsa
hancur.
Pengganti Dharmawangsa adalah Airlangga yang berhasil membangun
kembali kerajaan Medang di Jawa Timur Airlangga terkenal sebagai raja yang
bijaksana, digambarkan sebagai dewa Wisnu. Airlangga sendiri berhasil melarikan
diri saat peristiwa Pralaya ke hutan wonogiri (Prasasti Calcuta) ditemani oleh
Mpu Narotama.
Airlangga memulai membangun Kerajaan Medang Kamulan dari
awal. Terjadi beberapa kesulitan karena beberapa daerah tidak mau tunduk lagi.
Namun seiring melemahnya Kerajaan Sriwijaya, sejak taun 1025 Airlangga mulai
memperluas kekuasannya. Setelah semua wilayah Kerajaan Medang Kamulan utuh
kembali ada beberapa usaha yang dilakukan Airlangga, Antara lain:
1. Memperbaiki pelabuhan Hujung
Galuh di muara Kali Brantas. Pelabuhan ini akhirnya menjadi sentra dagang yang
termahsyur yang didatangi kapal-kapal pedagang dari China, India dan lain-lain.
2. Membangun Waduk Waringin Sapta
untuk mencegah banjir musiman
3. Membangun jalan yang
menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan.
b. Segi Sosial Budaya
Hasil sastra yang terkenal adalah Buku Arjunawiwaha
karangan Mpu Kanwa. Ada juga Kitab Budha berjudul Sang Hyang Kamahayanikan yang
beraliran Tantrayana. Kitab ini ditulis
oleh pujangga bernama Sri Sambhara Suryawarana.
c. Segi Ekonomi
Dengan pelabuhannya yang ramai, yaitu Hujung Galuh dan Tuban
kegiatan perdagangan di Kerajaan Medang Kamulan menjadi faktor utama yang
menopang Laju perekonomian. Banyak pedagang dari luar negeri yang datang untuk
berdagang di sana.
d. Segi Agama
Mpu Sindok sangat menghargai Toleransi agama, terbukti
dengan pemberian hadiah berupa desa Sri Sambhara Suryawarana karena menulis
kitab Sri Sambhara Suryawarana, yang notabene adalah Kitab Budha aliran Tantrayana
(percampuran antara ajaran Budha dan Hindu aliran Siwa). Mpu sindok sendiri
menganut agama Hindu aliran Siwa. Pada masa pemerintahan Airlangga juga
berkembang agama Hindu aliran Siwa dan Budha. Namun Airlangga yang beragama
Hindu aliran Wisnu tetap menghargai toleransi
C. Keruntuhan
Pada akhir pemerintahannya Airlangga membagi dua kerajaannya yaitu menjadi Jenggala
dan Kediri. Pembagian dilakukan oleh Empu BharadaJenggala diberikan kepada Samarawijaya dengan ibukotanya adalah
Daha. Adapun Kediri diberikan kepada Mapanji Garasakan dengan ibukotanya adalah
Kahuripan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perselisihan untuk mementukan
siapa yang berkuasa antara dua pangeran tersebut. Dua kerajaan ini yang bertahan untuk tetap
hidup adalah kerajaan Kediri. Airlangga akhirnya wafat pada tahun 1049 M.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusUpdate blogmu, bas
BalasHapus