Kesultanan aceh
Didirikan pada tahun:
1204
Didirikan dibawah perintah:
Sultan Jihan Syah
Sejarah:
Di samping Samudera Pasai, di ujung Utara
Pulau Sumatera terdapat kerajaan Islam yang lain, yaitu kerajaan Aceh. Pusat
kekuasaannya di Ramni dan kemudian dipindah
ke Darul Kamal. Pada waktu itu Aceh belum berdaulat
karena merupakan kecil yang berada di bawah pengaruh Pedir. Akhirnya, Aceh
berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Pedir dan menjadi kerajaan yang
berdaulat penuh. Pada waktu itu, Aceh diperintah oleh Sultan Muhayat Syah
(1514-1528). Pusat kerajaan dipindah ke Kutaraja.
Di bawah pemerintahan Sultan Muhayat Syah,
Aceh mengalami perkembangan yang pesat. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya
disatukan sehingga wilayah kekuasaannya
semakin luas. Kerajaan-kerajaan kecil yang
disatukan, di antaranya Samudera Pasai, Perlak, Lamuri, Benoa Temiang, dan
Indera Jaya. Bahkan, kerajaan Pedir yang pernah
menguasai pun dapat ditahlukan, meskipun
Pedir bersekutudengan bangsa Portugis. Di samping itu, Aceh sangat berambisi
untuk memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke pantai Timur Sumatera. Usaha
Aceh untuk menguasai pantai Timur Sumatera tidak mudah karena wilayahnya sangat
luas dan mendapat perlawanan dari kerajaan Aru. Dalam sebuah peperangan,
kerajaan Aru berhasil dikalahkan. Untuk mengontrol daerah
yang baru, Sultan Aceh mengirimkan seorang
panglima perang, yaitu Gocah Pahlawan. Kemudian, Gocah Pahlawan dikenal sebagai
orang yang menurunkan sultan-sultan Deli
dan Serdang (Sumatera Utara) Setelah Sultan
Muhayat Syah wafat, ia digantikan oleh
puteranya yang bernama Sultan Salahuddin
(1528-1537). Pemerintahan Salahuddin amat lemah dan selalu memberipeluang
kepada bangsa Portugis untuk menjalin kerja sama. Akhirnya, Salahuddin
dijatuhkan oleh saudaranya, yaitu Raja Ali. Kemudian Raja Ali naik tahta dengan
gelar Sultan Alauddin Riayat Syah (1537-1468). Pada masa pemerintahannya, Aceh
pernah menyerang Johor yang bersekutu dengan Portugis.
Meskipun, raja Johor berhasil ditawan, tetapi
Johor tetap menjadi kerajaan yang merdeka. Sementara untuk memperkuat
kedudukannya, Aceh menjalin kerja sama dengan Turki, Persia, India, dan
kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa. Hiasan atau relief tersebut
menggambarkan peninggalan Yang bercorak Islam. Aceh mencapai jaman keemasan di
bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1936). Ia adalah orang yang cakap
dan pemeluk Islam yang taat. Pada masa pemerintahannya, wilayah Aceh semakin
luas, yaitu membentang di pesisir Barat Sumatera sampai Bengkulu dan di pesisir
Timur Sumatera sampai Siak. Bahkan, beberapa daerah di Semenanjung Malaya,
seperti Johor, Kedah, Pahang, dan Patani (Thailand) berhasil dikuasai. Iskandar
Muda bersikap anti penjajah.Ia bercita-cita dapat mengusir Portugis dari
Malaka. Oleh sebab itu Iskandar Muda beberapa kali menyerang Portugis di
Malaka. Contoh, tahun 1629, ia melakukan serangan besar-besaran berhasil. Portugis
pun juga menyerang dan berusaha menguasai Aceh, namun selalu dapat dipukul
mundur oleh tentara Aceh. Pada masa kekuasaan Iskandar Muda disusun suatu
Undang-undang tentang tata Pemerintahan. Undang-undang itu disebut Adat Mahkota
Alam. Dalam bidang ekonomi, Iskandar Muda mengembangkan tanaman lada yang
sangat dibutuhkan oleh orang-orang Eropa dan Asia. Pengembangan sastra mendapat
perhatian sehingga muncul ahli-ahli sastra seperti Nuruddin Ar-Raniri dan
Hamzah Fansuri. Tahun 1636, Sultan Iskandar Muda wafat dan digantikan Sultan
Iskandar Thani (1636-1641). Pada saat itu, Aceh masih dapat mempertahankan
kekuasaannya. Namun, setalah Iskandar Thani wafat yang bersamaan waktunya
dengan jatuhnya Malaka ke tangan orang-orang Belanda, Aceh mulaimengalami
kemuduran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Aceh;
Ø Jatuhnya Malaka ke tangan bangsa Portugis.
Ø Tidak ada kerajaan besar yang menjadi saingan
Aceh.
Ø Kepemimpinan Sultan Muhayat Syah dan Sultan
Iskandar Muda yang tegas, tetapi bijaksana.
Ø Aceh telah membangun hubungan kerja sama
dengan Kesultanan Turki.
Read More