kesultanan ternate dan tidore
Dalam sejarah Ternate disebutkan bahwa Sultan Ternate yang pertama kali memeluk agama
Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486). Sebelum memeluk Islam, ia
bernama Gapi Buta dan setelah meninggal dunia ia
dikenal dengan sebutan Sultan Marhum. Sedangkan Sultan Tidore yang pertama kali memeluk Islam adalah Cirililiyah yang kemudian
berganti nama menjadi
Sultan Jamaludin. Ketika Ternate di bawah pemerintahan Sultan
Ben Acorala dan Tidore di bawah pemerintahan
Sultan Almancor, keduanya berhasil mengangkat kerajaan
menjadi negeri yang kuat dan makmur. Kedua kerajaan itu memiliki puluhan
perahu korakora yang dipergunakan untuk berperang
dan mengawai lautan yang menjadi wilayah
perdagangannya. Di ibukota Ternater, yaitu Sampalu banyak didirikan rumah di atas
tiang-tiang yang tinggi dan istana kerajaan
dikelilingi dengan pagar. Kota Tidore dikelilingi dengan pagar tembok, parit,
benteng, dan lubang perangkap sehingga sangat sulit
ditembus oleh musuh. Ternyata, kemajuan kedua kerajaan
itu menyebabkan timbulnya persaingan untuk
menanamkan pengaruh atas wilayah sekitarnya. Oleh karena
itu, pada abad XVII muncul dua persekutuan, yaitu Uli Lima dan Uli Siwa.
Uli Lima dipimpin oleh Ternate dengan
anggota Ambon, Obi, Bacan, dan Seram. Sedangkan Uli Siwa dipimpin oleh
Tidore dengan anggota Makean, Halmahera, Kai,
dan pulau-pulau lain hingga ke Papua bagian Barat. Kesultanan Ternate mencapai puncak
kejayaan pada masa peme-rintahan Sultan Baabullah.
Sedangkan kesultanan Tidore mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Nuku. Persaingan di antara kedua
kesultanan itu dimanfaatkan oleh bangsa Portugis dan Spanyol yang
berambisi untuk menancapkan kekuasaannya di Kepulauan Maluku. Kedua bangsa asing itu berusaha
mengadudomba antara Ternate dan Tidore. Ternate dibantu Spanyol dan
Tidore dibantu Portugis.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus