Kesultanan gowa-tallo
Semula Kesultanan Gowa terdiri dari 9 kerajaan kecil,
yeitu Tombolo, Lakiung, Parang-parang,
Data, Agangjene, Saumats, Bissei, Sero, dan Kalli. Pada masa
pemerintahan Tumaparisi- Kallonna, Gowa disatukan dengan
Tallo yang diperintah oleh Tunipasuruk pada pertengahan abad XV.
Kelebihan masingmasing kerajaan menjadi modal utama dalam
membesarkan Gowa-Tallo. Gowa memberikan
sumbangan dengan kehebatan militernya, sedangkan Tallo memberikan
sumbangan dalam bidang administrasi pemerintahan dan
kemampuan dalam
menjalin hubungan dagang dengan para pedagang asing. Kerajaan Gowa-Tallo disebut juga Kerajaan Makasar (nama suku bangsa yang memerintah kedua
kerajaan itu). Sedangkan ibukota kerajaan terletak di
Sombaopu. Kesultanan Makasar melancarkan
ekspansi ke wilayah sekitarnya. Beberapa kerajaan
kecil seperti Siang, Bone, Suppa, Sawitto dapat ditundukan. Namun,
Kerajaan Bone bangkit kembali untuk menentang
Kerajaan Makasar. Pada tahun 1528, Bone membentuk
persekutuan dengan Kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng. Persekutuan yang
diikrarkan di Desa Bunne diberi nama
Tellumpocco. Bone diakui sebagai saudara tua, Wajo sebagai saudar tengah, dan Soppeng
sebagai saudara bungsu. Sejak abad XVI, pada pedagang
muslim telah menjalin hubungan dagang dengan pada
pedagang dari Sulawesi Selatan. Di samping itu, beberapa ulama dari
Sumatera Barat seperti Datok ri Bandang, Datok
Sulaeman, dan Datok ri Tiro datang di Sulawesi Selatan untuk menyebarkan
agama Islam. Pada tahun 1605, Raja Daeng
Manrabbia (Gowa) telah memeluk agama Islam dan bergelar Sultan Alauddin.
Sedangkan Karaeng Matoaya (Raja Tallo merangkap
mangkubumi Gowa) mendapat gelar Sultan Abdullah Awalul Islam
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus